Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email
Sosialisasi Pentingnya Teknologi di Universitas Gajayana Malang
GOW kota Malang melakukan sosialisasi pentingnya
Tehnologi Informasi di era MEA dan SDGs.
20 Sept 2017
Musyawarah Kerja GOW
Kota Malang
Tahun 2016
25 November 2016
Pleno pertama GOW
Kota Malang periode 2016-2021
-
Halal bi Halal Keluarga Besar
GOW, DWP dan GOPTKI Kota Malang 2019
19 Juli 2019

Friday, July 19, 2019

Halal bi Halal Keluarga Besar GOW, DWP dan GOPTKI Kota Malang 2019

Hari Setiawan




Malang – Pada hari Rabu, 19 Juni 2019 di Gedung Kartini Kota Malang diadakan Acara Halal bi Halal Keluarga Besar GOW, DWP dan GOPTKI Kota Malang 2019.
Acara dimulai dengan sambutan Ketua GOW Kota Malang, Hj. Endang Wasto dan dilanjutkan sambutan dari Penasehat GOW, Hj. Widayati Sutiaji. Untuk penyejuk hati dibacakan tilawatil quran, kemudian dilanjut dengan ceramah dari tokoh agama.
Hikmah yang kita dapatkan dari silaturahmi atau halal bi halal ini ialah terciptanya ukhuwah islamiyah, tergalangnya persaudaraan yang lebih akrab diantara sesama kita. Rasa sakit hati, iri, dengki maupun ghibah yang pernah kita lakukan akan musnah kalau kita salimg mengikhlaskan dan melupakannya. Akan lebih baik lagi apabila disertai dengan saling berjabat tangan. tutur Penasehat GOW, Hj. Widayati Sutiaji dalam sambutannya.
Kemudian dilanjutkan penampilan dari DWP dan GOW dan salam- salaman kepada seluruh tamu undangan yang hadir.

Wednesday, March 27, 2019

Widayati Sutiaji: Hak Politik Perempuan Rentan Imbas Minimnya Pengetahuan

Hari Setiawan


MALANGVOICE – Pemilih perempuan sangat rentan untuk kehilangan perannya sebagai subjek dalam pemilihan umum. Hal ini terjadi karena sebagian besar perempuan pemilih terkadang tidak memiliki kuasa atas dirinya.

Hal ini diungkapkan Ketua TP PKK Kota Malang Widayati Sutiaji saat menjadi narasumber Peningkatan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu Bagi Pemilih Perempuan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Malang di Hotel Savana, Rabu (13/3).

Perempuan juga penasehat GOW Kota Malang ini menjelaskan, kualitas partisipasi pemilih perempuan dalam pemilu masih sangat rendah. Padahal dari aspek regulasi, sistem pemilu dan data-data tentang pemilih perempuan itu menunjukan bahwa perempuan memiliki kesempatan dan peluang.

“Sejatinya demokrasi yang sehat memberikan hak dan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk berpartisipasi dalam pemilu,” kata Widayati.

Menurutnya, saat masih lajang, perempuan berada dalam kuasa orang tuanya. Setelah menikah, mereka berada dalam kuasa suami. Orang tua, terutama ayah dan suaminya kemudian yang memutuskan banyak hal terkait kehidupan perempuan.

“Oleh karenanya saat menggunakan hak pilihnya, perempuan sangat rentan untuk mengalami pengaruh dari suami dan orangtuanya. Sehingga mereka tidak dapat secara bebas dan mandiri menentukan pilihannya,” sambung dia.

Ketidakmandirian perempuan, lanjut dia, dalam memilih menjadi semakin mutlak. Terutama saat perempuan tidak berdaya secara politik karena rendahnya pengetahuan mereka terhadap hak-hak politiknya.

Maka untuk memberdayakan perempuan sebagai pemilih mandiri dan dapat menjadi subjek dalam pemilihan umum. Perlu pendidikan politik bagi perempuan dan laki-laki, yakni pendidikan yang membuat perempuan menyadari hak-hak politik yang dimilikinya dan menjadikan laki-laki terutama suami atau ayah lebih menghargai dan menghormati hak-hak politik perempuan.

“Sehingga perempuan sebagai pemilih dapat sungguh-sungguh menjadi subjek,” pungkasnya.

Sementara itu, Walikota Malang Sutiaji mengapresiasi keikutsertaan pemilih perempuan yang selama ini telah berperan aktif. Ia juga mendorong para perempuan di Kota Malang untuk menjadi pemilih yang cerdas dan mengutamakan azas-azas pemilu dalam proses pesta demokrasi mendatang.

“Kompetensi, integritas dan moral harus menjadi point utama bagi kita dalam memilih calon-calon wakil rakyat pada pemilu mendatang,” tutup Sutiaji.

Sumber: https://malangvoice.com/widayati-sutiaji-hak-politik-perempuan-rentan-imbas-minimnya-pengetahuan/

Tuesday, February 5, 2019

Baju Laik Pakai Juga Laku Keras di Bazar Ramadan Kota Malang

Hari Setiawan

Antusiasme masyarakat untuk  berbelanja menjelang Idul Fitri sangat tinggi, tidak hanya sembako yang diserbu masyarakat pada bazar  Ramadhan yang digelar oleh Pemkot Malang, mulai Senin  27/5 dan Selasa 28/5 ini.

Tetapi masyarakat juga manyerbu pakaian layak pakai. Meski harus rela berdesak-desakan dengan warga lainnya, namun stan penjualan baju bekas di Pasar Murah Ramadan yang digelar Pemerintah Kota Malang menjadi titik yang paling ramai diserbu warga.

Stan penjualan baju layak pakai, milik Dharma Wanita dan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Malang ini bahkan ramai diserbu warga sejak  pukul 07.00 WIB tadi. Masyarakat tampak berjubel ingin mendapatkan baju layak pakai tersebut.

Ketua GOW Endang Purnawi Wasto, mengutarakan,  ketika stan lain belum dibuka, stan penjualan baju bekas sudah ramai dipenuhi warga yang ingin mencari baju bekas layak pakai.
Baju layak pakai ini, merupakan sumbangan organisasi, ASN, dan instansi lain di kota pendidikan ini memang dijual dengan harga yang cukup terjangkau, mulai dari Rp 1000 hingga Rp 15 ribu per buah.
“Pakaian yang dijual pun jumlahnya ribuan, mulai dari celaa, kaos, jaket, sepatu, hingga tas. Karena tujuan kami memang untuk meringankan masyarakat yang ingin membeli baju lebaran,” tuturnya.
Tak hanya itu, nantinya seluruh uang hasil penjualan baju bekas ini akan disumbangkan pada warga yang kurang mampu. “Uang hasil penjualannya akan kami berikan pada warga lansia produktif yang tinggal di Kampung Topeng Malang. Selain itu, GOW dan Dharma Wanita juga akan memberikan takjil gratis bagi warga yang membutuhkan,” ungkap Endang.

Salah seorang warga, Asih mengaku senang dengan keberadaan stan penjualan baju bekas ini. “Mau lebaran lumayan bisa beli baju dengan harga sangat murah. Saya dapat celana hanya dengan harga Rp 5 ribu saja,” ujar warga Kecamatan Sukun ini.

Menurutnya, selain bisa mendapatkan baju dengan harga terjangkau, ia pun bisa turut membantu warga yang kurang mampu. “Karena kita tahu kalau uang hasil penjualannya diberikan pada warga yang kurang mampu, jadi dengan membeli baju bekas ini, kita juga ikut membantu donasi warga tidak mampu,” pungkasnya.

Pemerintah Kota Malang menggelar Pasar Ramadhan pada  Senin – Selasa, 27- 28 Mei 2019 di Halaman Stadion Gajayana Malang. Sebanyak 53 peserta mengikuti Pasar Murah Ramadhan 1440 Hijriah tahun ini.

Dalam Pasar Murah Ramadhan tahun ini, selain penjualan paket sembako murah, juga ada layanan penukaran uang baru, penjualan produk urban farming, penjualan paket lebaran, pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil dan pelayanan kesehatan gratis.

Kepala Bagian Pengembangan Perekonomian Pemkot Malang, Rinawati menuturkan bahwa tujuan diadakannya pasar ini adalah membantu masyarakat untuk mendapatkan bahan kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau pada momen bulan puasa dan mendekati Idul Fitri 1440 H.
“Pasar Murah Ramadhan ini juga dilakukan untuk mengendalikan  stok ketersediaan bahan kebutuhan pokok di pasar sehingga tidak terjadi kelangkaan yang berimbas pada naiknya harga kebutuhan pokok,” kata Rinawati.

Dijelaskan, 53 peserta yang ikut dalam helatan Pasar terdiri dari berbagai elemen dan stake holder yang meliputi distributor bahan pangan, pelaku usaha, Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) di lingkungan Pemkot Malang, BUMD Kota Malang, Kantor Perwakilan Bank Indonesia dan Perbankan Kota Malang dan BUMN Bulog Sub Divre VII Malang serta organisasi sosial kemasyarakatan..
“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk datang dan memanfaatkan kesempatan pasar murah ini,” ucap Rinawati.

Data Bagian Pengembangan Perekonomian Kota Malang menyebut Pasar Murah Ramadhan yang digelar setiap tahun selalu membawa dampak positif kepada masyarakat dan juga peserta yang turut serta. Tercatat di tahun 2016 pasar murah diikuti oleh sebanyak 28 peserta dengan omzet sebesar Rp 396,8 juta berlanjut di tahun 2017, dengan jumlah peserta yang sama mencapai omzet sebesar Rp 305 juta dan di Tahun 2018 dengan 58 peserta dapat mencapai omzet sebesar 617 juta.

Sementara itu, Walikota Malang, H. Sutiaji dalam sambutan pembukaan mengatakan bahwa kegiatan ini selain dalam rangka untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka namun juga untuk menekan inflasi. “Karena biasanya pada saat menjelang idul fitri tingkat inflasi akan lebih tinggi, hal tersebut disebabkan oleh kecenderungan masyarakat yang lebih konsumtif” ujar Sutiaji.
Selain itu, lanjut Sutiaji, kegiatan ini juga dilaksanakan untuk mengontrol harga di pasaran, sehingga tidak terjadi kenaikan harga yang signifikan akibat dari tingginya permintaan dari masyarakat. [mut]

Monday, November 5, 2018

GOW Gelar Seminar Menumbuhkan Rasa Cinta Kepada NKRI

Hari Setiawan
Klojen (malangkota.go.id) – Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Malang menggelar seminar ‘Menumbuhkan Rasa Cinta Kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia’ di Gedung Kartini, Kamis (9/8).



Plt Ketua Tim Penggerak PKK Kota Malang Widyawati dalam sambutannya menyampaikan bahwa kaum perempuan yang notabene kaum ibu memiliki peran besar untuk melahirkan calon pemimpin bangsa yang handal dan mempunyai nasionalisme tinggi.

Untuk mewujudkan hal tersebut, bisa diawali dari sebuah keluarga dan lingkungan sekitar. Seorang ibu dalam sebuah keluarga mempunyai peranan besar dalam mendidik dan melahirkan calon pemimpin masa depan.

Widyawati mencontohkan perkembangan handphone dengan berbagai fasilitasnya. “Apa yang kita inginkan dan butuhkan sudah ada dalam satu genggaman, serta dapat diakses setiap saat,” terangnya

Selain itu, menurutnya kemajuan teknologi informasi yang tak terbendung, budaya luar negeri yang kurang mendidik, dan lingkungan sekitar akan mempengaruhi pola pikir kaum muda. “Pada akhirnya akan menggerus nasionalisme generasi muda dan akan berdampak buruk dalam kehidupannya,” sambung Widyawati.

“Jika kemajuan teknologi informasi ini tidak dimanfaatkan untuk hal-hal positif, maka akan berdampak fatal. Seperti halnya ajaran radikalisme-terorisme, cara membuat bom rakitan, dan aliran-aliran menyesatkan bisa diakses dan dipelajari di media sosial kapanpun dibutuhkan,” urainya

Melalui seminar dan pembekalan bagi anggota GOW ini, Widyawati berharap dapat menekan dan meminimalisir dampak negatif, terutama bagi generasi muda yang disebabkan berbagai faktor.

“Dengan demikian, nantinya juga akan terlahir calon pemimpin masa depan yang memiliki rasa cinta tanah air dan menjaga kehormatan bangsa,” pungkasnya. (say/yon)

Wednesday, October 18, 2017

Ibu-Ibu di Kota Malang Deklarasi Anti Kekerasan Anak dan Perempuan

Hari Setiawan


Malang - Ibu-ibu di Kota Malang tergabung dalam Komunitas Perempuan Peduli Indonesia (KPPI) mendeklarasikan anti kekerasan kepada anak dan perempuan. Deklarasi di Jalan Simpang Balapan, Minggu (29/5/2016) juga diikuti Wali Kota Malang Moch Anton.

Aksi ini dilatarbelakangi atas maraknya kasus kekerasan kepada anak dan perempuan yang terjadi di beberapa daerah. Dalam poin terpentingnya, deklarasi mendorong penegak hukum lebih serius menangani kasus kekerasan kepada anak dan perempuan serta adil.

Wali Kota Anton mengaku prihatin dan miris dengan terjadinya kasus kekerasan kepada anak dan perempuan. Badai kejahatan kini marak terjadi, lanjut Anton, harus ditangkal oleh pemerintah serta elemen masyarakat.

"Dengan gerakan seperti ini, merupakan langkah nyata bagaimana menekan terjadinya aksi kekerasan pada anak dan perempuan. Ini merupakan kejahatan yang perlu diperhatikan demi masa depan bangsa," aku Anton disela deklarasi.

Pemerintah Kota Malang, kata Anton, sudah mengawali dengan upaya mengimbau kepada orang tua agar tidak menyalakan televisi saat memasuki waktu Maghrib hingga Isya, agar anak-anak bisa memanfaatkannya untuk belajar. "Gerakan salat berjamaah ini juga penting untuk memberikan teladan yang baik kepada anak," sambung Anton.

Deklarasi ditandai dengan penandatanganan spanduk menolak kekerasan kepada anak dan perempuan oleh ibu-ibu yang ikut dalam aksi tersebut. Termasuk Wali Kota Anton bersama istrinya Dewi Farida Suryani.

Ketua Komunitas Perempuan Peduli Indonesia (KPPI) Ya'qud Ananda Gudban menilai gerakan kepedulian ini perlu dilakukan secara massif sebagai antisipasi agar kejahatan terhadap anak dan perempuan tidak terjadi di Kota Malang.

"Saya rasa tidak hanya komunitas tapi semua pihak punya keprihatinan yang sama. Karena anak kita tumbuh dalam suasana yang tidak baik saat ini," ujar Ya'qud terpisah.

Diungkapkan, Pemkot Malang sudah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Perlindungan Anak dan Perempuan yang merupakan respon dari banyaknya kasus yang menimpa anak dan perempuan.

Dengan begitu, Kota Malang sudah memiliki instrumen hukum agar masalah kekerasan bisa menjadi perhatian semua kalangan termasuk pemerintah. "Kota Malang sudah punya Perda-nya. Ini bisa dijadikan titik awal menghapus kekerasan anak dan perempuan," tutupnya.

Komunitas juga menolak segala bentuk kekerasan baik secara psikis maupun fisik kepada perempuan dan anak yang akhir-akhir ini kerap terjadi. 
(bdh/bdh)
Drop here!

Wednesday, September 6, 2017

Coprights @ 2019, Designed By Templateism | Templatelib| Modified By WEVERX IT CONSULTANT